Karma dan Watak

Oleh I Made Murdiasa, S.Ag
“KARMA” dapat berarti berbuat. Segala perbuatan ialah karma, dapat pula diartikan sebagai akibat dari perbuatan, yang secara batiniah dimaksudkan bahwa apa yang terjadi sekarang adalah sebab dari perbuatan-perbuatan yang lampau. Dalam falsafah timur dikemukakan bahwa pengetahuan adalah cita-cita atau tujuan hidup seseorang dan kesenangan bukanlah suatu tujuan hidup seseorang. Amatlah keliru jika kita menduga bahwa kesenangan itu adalah tujuan hidup, sebab dari sekian banyaknya kesulitan yang menimpa seseorang di dunia ini ialah karena adanya pikiran yang keliru bahwa kesenanganlah yang harus di kejar. Setiap keadaan suka dan duka, kebahagiaan dan penderitaan merupakan guru-guru bagi kita dalam upaya memperoleh suatu pengetahuan dari pengalaman, yang kemudian akan meninggalkan berbagai kesan yaitu dari baik dan buruk yang akan membentuk “karakter atau watak seseorang”.

Dalam setiap kehidupan orang-orang besar, sudah pasti mereka telah menerima pelajaran-pelajaran dari kesusahan bukan dari kesenangan, dan kemiskinan memberikan pelajaran yang lebih berarti daripada kekayaan. Semua pengetahuan baik duniawi maupun rohani, ada di dalam pikiran seseorang. Dalam banyak hal pengetahuan itu tidak diketemukan karena ia tinggal tertutup, bilamana tutupan itu perlahan-lahan di buka maka kita berkata “kita mengetahui”, dan kemajuan dari pada ilmu pengetahuan disebabkan oleh kemajuan dari proses pembukaan pikiran. Orang yang lapisan-lapisan pikirannya sudah tersingkap semuanya disebut orang yang sangat mengetahui (Waskita).

Perbuatan-perbuatan besar bisa terjadi karena gabungan-gabungan dari perbuatan-perbuatan kecil, bila kita berdiri di tepi laut dan mendengar gemuruh ombak-ombak yang mendampar batu-batu karang atau gulungan ombak yang besar-besar, padahal gulungan ombak itu terdiri dari jutaan ombak-ombak kecil yang masing-masing membuat suara sendiri-sendiri, hanya kita tak dapat menangkap suara itu, melainkan bila tergabung menjadi satu barulah kita mendengar suara gemuruh.

Jika kita sungguh ingin menimbang watak atau karakter seseorang, janganlah menilai hanya satu pekerjaan luar biasa yang dilakukannya, namun kita harus memperhatikan saat orang itu melakukan pekerjaan-pekerjaan kecil sehari-harinya, karena itulah yang dapat menunjukan karakter orang yang sesungguhnya. Orang yang sesungguhnya besar adalah dia yang selalu memperlihatkan sifat-sifat agung meski di tempat manapun dia berada dan karakter-karakter itu bisa kita bentuk sejak dini, karena karma yang kita lakukan sekarang ini bisa mempengaruhi karakter kita pada kehidupan mendatang.

Karakter itu sesungguhnya dapat membangkitkan atau menggerakkan kekuatan-kekuatan yang ada dalam diri seseorang, jika diikuti dengan kemauan, karena sebagaimana adanya karma, demikian pula perwujudan dari pada kemauan. Orang-orang yang memiliki kemauan besar adalah pekerja-pekerja yang hebat. Dalam Bhagawad Gita dijelaskan “hanya dengan perbuatanlah seseorang itu bisa memperoleh kesempurnaan, karena itu hendaknyalah pekerjaan itu dilakukan untuk pemeliharaan dunia”. Perbuatan-perbuatan yang dilakukan itu telah ditentukan oleh karma. Tidak ada seorang pun akan memperoleh sesuatu kecuali ia memang berhak mendapatkannya, inilah suatu hukum abadi. Namun kadang-kadang kita tidak berpendapat demikian, akan tetapi pada kesimpulannya haruslah kita meyakini diri kearah hukum tersebut. Karma kita memberi ketentuan apa yang patut dan apa yang dapat kita lakukan. Kita bertanggung jawab terhadap apa yang kita laksanakan, apa yang kita inginkan, kita memiliki kemauan untuk menjadi apa yang kita harapkan itu. Jika apa adanya kita sekarang ini sebagai akibat dari penghidupan kita yang lampau, maka hal inipun akan berlaku pada apa yang kita inginkan di kemudian hari, dapat kita bentuk dan kerjakan pada waktu sekarang ini. Kita harus mampu melakukannya secara benar untuk tujuan yang lebih sempurna, karena kelahiran sebagai seseorang adalah suatu kesempatan yang sangat utama dengan diberikannya pikiran sehingga kita mampu berpikir kearah yang lebih baik untuk menolong diri kita sendiri dari kelahiran yang berulang-ulang.

Dalam Bhagawad Gita diterangkan tentang karma bahwa bekerja hendaklah memakai kecerdasan dan secara ilmiah, dengan mengerti bagaimana bekerja secara benar untuk memperoleh hasil yang terbesar. Kita harus tahu bahwa semua perbuatan atau pekerjaan hanyalah pembangkitan dari kekuatan pikiran yang sudah ada, untuk membangunkan sang jiwa.

Bekerja untuk kepentingan pekerjaan, sebagaimana diungkapkan dalam Bhagawad Gita bahwa “pekerjaan yang dilakukan tanpa mengikatkan diri pada hasil akan mencapai tujuan yang tertinggi”. Jika seorang bekerja tanpa mengandung tujuan dalam arti mampu mengendalikan diri dari keinginan-keinginan untuk memperoleh sesuatu, apakah kelak ia akan mendapatkan sesuatu ? Ya. Pastilah ia akan mendapatkan sesuatu yang tertinggi. Tiada mementingkan diri adalah hasil keuntungan yang paling tinggi yang akan diperolehnya, hanya saja jarang orang yang sabar melaksanakannya. Bekerja tanpa mementingkan diri akan menghasilkan kesehatan yang besar pula. Cinta kasih, kejujuran dan tidak mementingkan diri bukan hanya khayalan dalam kata-kata yang kosong, tetapi kebajikan-kebajikan tersebut sesungguhnya membentuk cita-cita hidup kita yang luhur dan mulia, didalamnya terletak kekuatan untuk diwujudkan dalam perbuatan. Siapapun dari kita boleh mengharap, cepat atau lambat jalan perjuangan hidup kita melalui pekerjaan ini, pasti akan tiba saatnya bahwa semua dari kita akan menjadi sempurna seluruhnya dan pada saat itulah kita mencapai suatu keadaan dimana diperolehnya suatu kebahagiaan yang abadi.**